“Caca ayo bangun nak” seru ibuku
“ia sebentar bu”
Caca begitulah aku akrab disapa oleh orangtuaku dan teman-temanku. Aku merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Kaka ku bernama Daniel banyak temanku bilang bahwa kaka ku itu tampan memang, tapi menurutku tidak setampan ayahku. Dia anak yang cerdas beberapa kali dia sempat dikirim untuk mewakili Indonesia dalam olimpiade sains tingkat internasional. Aku dan ka Daniel memang berbanding terbalik ka Daniel yang cerdas dan slalu jadi juara kelas sementara aku selalu mendapat peringkat kedua terakhir setiap pembagian rapot tiba. Tapi biarpun berbeda ka Daniel sangat menyayangiku.walau terkadang dia bisa sangat menyebalkan. Namun karna perbedaan kami terkadang orangtuaku dan teman temanku sering membandingkan aku dan ka Daniel. Kalian tau bagaimana rasanya dibanding bandingkan ? itu tuh rasanya sangatlah menyebalkan. mereka slalu berkata “ ca ko lu ga kaya kaka lu sih yang pinter ganteng baik jago olahraga pula sempurna deh pokoknya”. Ya memang aku tak seperti ka Daniel yang cerdas dan sempurna. Aku tak cerdas dan tak sempurna kadang akupun berfikir aku ingin sekali seperti ka Daniel yang di eluh eluhkan banyak orang yang mampu terlihat sempurna dihadapan teman-teman dan orangtuaku. Tapi mana mungkin aku seorang Caca yang bodoh bisa berubah menjadi seeorang yang sempurna dan cerdas seperti ka Daniel. Kadang rasa iri pun menghampiri benakku hati kecilku kadang berkata “mengapa aku terlahir bodoh mengapa ka Daniel terlahir pintar mengapa kami tidak sama sama terlahir pintar”. “adakah yang salah dengan diriku hingga aku terlahir menjadi anak yang bodoh dan tak bisa dibanggakan?”. Hatiku hampir terus mengatakan itu tak kala teman-teman dan orangtuaku kembali membandingkan aku dengan ka Daniel. Sampai suatu hari aku bertemu dengan Boy dia merupakan salah satu anak baru di sekolahku dia terlihat tampan dan sepertinya dia juga anak yang pintar. “ayo Boy mulai perkenalkan dirimu pada teman-teman barumu” seru bu rina guru matmatikaku yang kebetulan sedang mengajar di kelasku saat itu.” Ia perkenalkan nama saya Boy saya pindahan dari Jakarta” seru Boy. “oke Boy kamu bisa duduk disana disamping Caca” kata bu rina. “hah anak baru yang tampan itu duduk disebelah ku” seru hatiku gembira. Singkat cerita aku dan Boy pun mulai akrab Boy sering membantu ku dalam mengerjakan tugas-tugas sekolahku. Kadang kami berdua pun sering main atau jalan bersama untuk melepas rasa penat ketika setelah belajar di kelas. Sampai suatu hari Boy menanyakan apkah aku adik dari Ka Daniel dan sudah bisa ditebak setelah itu dia langsung mulai membandingkan aku dan ka Daniel seperti halnya teman-teman ku yang lain. Rasa kesal, itulah yang aku rasakan saat aku mulai kembali dibanding bandingkan dengan ka Daniel. Kadang ingin sekali aku berkata pada mereka taukah mereka rasanya dibandingkan ? taukah ? itu rasanya sangatlah tidak enak sangatlah menyakitkan jadi stop kalian membandingkan aku dengan ka Daniel. Namun bukan kata yang terucap saat aku mulai dibandingkan dengan ka Daniel namun aku hanya tersenyum dan slalu ikut membanggakan ka Daniel. Namun saat aku ikut membanggakan ka Daniel aku ingat kata-kata Boy saat itu dia berkata “kamu gamau Ca seperti ka Daniel ? apa kamu ga kesel dibanding bandingin gitu sama ka Daniel ?”. “kalo kamu mau tau aku punpernah merasakan apa yang kamu rasain sekarang aku tau bagaimana rasanya dibandingkan aku tau rasnya itu kesal dan menyebalkan” kata Boy. “ ah sotau kamu aku biasa aja kok aku mengakui meman ka Daniel lebih segalanya dibandingkan dengan aku jadi ya wajar mereka membandingkan aku dan ka Daniel” jawabku pada Boy. “tapi apa kamu akan tetap jadi Caca yang seperti ini ?” timpal Boy. “maksudmu seperti ini ? aku bodoh ? aku juga ingin Boy seperti ka Daniel bisa membanggakan kedua orangtuaku dengen kecerdasan yang aku miliki tapi apalah aku aku hanyalah Caca si gadis kecil yang bodoh” jawabku. “jika kamu ingin seperti ka Daniel aku mau ko membantu kamu setiap hari aku akan mengejari semua pelajaran yang kamu kurang mengerti saat guru menjelaskan di kelas” kata Boy.”tapi rasanya aku tak mungkin Boy bisa menyaingi ka Daniel” jawabku. “tak ada yang tak mungkin Ca kalau kita mau berusaha ayo aku bantu aku tak ingin kamu terus terbelenggu dalam bayang bayang ka Daniel kamu juga pasti gak mau kan terus dibandingkan dengan ka Daniel? Ayo kita coba aku yakin kamu bisa lagipula kamu itu pintar ko Ca lebih pintar malah dari ka Daniel jika kamu rajin”seru Boy. “oke deh Boy kita coba tapi jika aku gagal Boy?” tanyaku. “kegagalan adalah proses untuk kita menuju kesuksesan Ca,yasudah besok sepulang sekolah kita belajar di rumahku atau mau dirumahmu ?” tanya Boy. “dirumahmu saja Boy”. Keesokanharinya sepulang sekolah aku dan Boy mulai belajar dansetelah itu hampir setiap harikami belajar bersama di rumah Boy dan hasil dari kami setiap hari belajar bersama tenyata tidaklah sia-sia nilai ulanganku tidak lagi mendapat nilai yg buruk melainkan sekarang nilai ulanganku selalu mendapat 100 sungguh luarbiasa. Rasa gembira pun menghampiri hatiku biasanya aku hanya mendapat nilai yang bisa-biasa saja sekarang aku mendapat nilai yang luar biasa orangtuaku dan ka Daniel juga sangat senang dan heran aku bisa mendapatkan nilai yang bagus setiap kali ada ulangan. Singkat cerita hari ini pun tiba hari dimana ujian akhir semester dimulai aku mulai belajar lebih giat bersama Boy supaya kami berdua bisa mendapatkan hasil maksimal. Dan ya soal-soal ujian yang biasanya tak pernahku isi semua dan ku anggap sulit kini soal-soal itu tampak mudah dan aku bisa menyelesaikannya dengan cepat dan tepat. Seminggu berlalu ujuan akhir semester pun selesai sekarang kita hanya tinggal menunggu hasil dari ujian terakhir kemarin. Namun semenjak ujian akhir semester selesai Boy takpernah ku lihat datang ke sekolah dan setiap aku datang ke rumahnya pun sangat sepi seperti tak berpenghuni. Hari ini hari dimana pembagian rapot Boy pun tak kunjung hadir di sekolah entah kemana aku tak tau teman-teman pun tak ada yang tau Boy kemana. Di dalam kelas sambil menunggu guru membagikan rapot aku melamun memikirkan Boy dia kemana? Dia orang yang slalu hadir di sampingku kini berhari hari takkunjung hadir. “dan yang mendapat peringkat pertama adalah Caca” seru bu rina. Aku sangat senang akhirnya aku bisa mendapatkan predikat juara umum di kelas tapi satu sisi aku sedih disaat saat aku bahagia seperti ini Boy tak ada. “selamat ya Caca semoga semakin rajin lagi belajarnya” kata bu rina menyelamatiku. “iya bu bu ko Boy sudah lama ga masuk sekolah ya bu ? bahkan hari ini hari pembagian rapot Boy juga tak hadir kemana dia ya bu ?” tanyaku pada bu rina. “Boy sudah pindah sekolah Ca setelah ujian sememter kemarin dia sudah pindah ke Bali karna orangtuanya dipindah tugaskan di Bali maka dari itu Boy tidak kembali masuk sekolah” jawab bu rina. Boy... belum sempat aku berterimakasih atas semua yang kamu lakukan padaku hingga kini aku mampu menjadi juara kelas dan tak lagi dibanding-bandingkan dengan ka Daniel ternyata kamu malah sudah pindah. Dimanapun kamu sekarang aku ingin berterimakasih banyak padamu Boy. kamu telah berhasil mengubah Caca yang bodoh menjadi Caca yang cerdas dan kini aku mampu menyaingi ka Daniel. Terimakasih Boy.
Created,07Juni15
By: BeruangCute
Tidak ada komentar:
Posting Komentar